Sejarah Dewa Wisnu

Dewa Wisnu adalah salah satu dewa utama dalam agama Hindu yang bertugas sebagai pemelihara dan pelindung alam semesta. Ia dipandang sebagai roh suci sekaligus dewa yang tertinggi oleh aliran Waisnawa. Ia juga dikenal sebagai salah satu manifestasi Brahman, Tuhan Yang Maha Esa, oleh aliran Adwaita Wedanta dan tradisi Hindu umumnya. Nama Wisnu berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti “sesuatu yang menempati segalanya” atau “yang hadir di mana pun”.

Wisnu dalam Kitab Weda
Kitab Weda adalah kitab suci tertua dalam agama Hindu yang berisi himne-himne pujian, mantra-mantra, dan cerita-cerita tentang dewa-dewi. Dalam kitab Weda, Dewa Wisnu muncul sebanyak 93 kali. Ia sering muncul bersama dengan Indra, dewa perang dan petir, yang membantunya membunuh Wretra, seekor naga raksasa yang mencuri air hujan. Keduanya juga sering meminum Soma, minuman suci yang memberi kekuatan dan kebahagiaan. Hubungannya yang dekat dengan Indra membuatnya disebut sebagai saudara.

Dalam kitab Weda, Wisnu muncul tidak sebagai salah satu dari delapan Aditya, yaitu dewa-dewa matahari yang merupakan anak-anak dari Aditi, ibu para dewa. Namun, ia dianggap sebagai pemimpin mereka. Karena mampu melangkah di tiga alam, yaitu bumi, langit, dan surga, maka Wisnu dikenal sebagai Tri-wikrama atau Uru-krama untuk langkahnya yang lebar. Langkah pertamanya di bumi, langkah keduanya di langit, dan langkah ketiganya di dunia yang tidak bisa dilihat oleh manusia, yaitu di surga.
Wisnu dalam Kitab Purana

Kitab Purana adalah kitab suci lanjutan dalam agama Hindu yang berisi mitos-mitos, legenda-legenda, dan sejarah-sejarah tentang dewa-dewi dan manusia-manusia suci. Dalam kitab Purana, Dewa Wisnu sering muncul dan menjelma sebagai seorang Awatara, yaitu penjelmaan Tuhan dalam wujud manusia atau makhluk lain untuk menyelamatkan dunia dari kejahatan. Dalam penitisannya tersebut, Wisnu berperan sebagai manusia unggul yang memiliki sifat-sifat mulia dan kekuatan-kekuatan ajaib.

Dikatakan bahwa Wisnu memiliki sepuluh Awatara utama yang disebut Dasawatara. Mereka adalah Matsya (ikan), Kurma (kura-kura), Waraha (babi), Narasimha (manusia singa), Wamana (kurcaci), Parashurama (pendeta pejuang), Rama (raja Ayodya), Kresna (raja Dwarawati), Buddha (pendiri agama Buddha), dan Kalki (penyelamat akhir zaman). Di antara sepuluh Awatara tersebut, Rama dan Kresna adalah yang paling terkenal dan banyak diceritakan dalam kitab-kitab wiracarita seperti Ramayana dan Mahabharata.

Wisnu dalam Seni dan Budaya
Dewa Wisnu juga banyak digambarkan dan dipuja dalam seni dan budaya Hindu. Ia biasanya digambarkan sebagai seorang pria tampan berkulit biru atau hitam dengan empat tangan yang memegang cakram.

onten cakra (roda) yang melambangkan kekuasaan ilahi. Di tangan kanan atas ia memegang cakra sudarsana, di tangan kiri atas ia memegang sangkha (terompet kerang), di tangan kanan bawah ia memegang gada (gada), dan di tangan kiri bawah ia memegang padma (teratai). Ia juga sering digambarkan mengenakan kaos kuning dan selendang berwarna-warni. Ia biasanya ditemani oleh istrinya, Dewi Laksmi, dewi kekayaan dan kemakmuran, dan kendaraannya, Burung Garuda, raja burung yang berwujud setengah manusia.

Dewa Wisnu juga banyak dipuja dalam berbagai bentuk persembahan dan ritual oleh umat Hindu. Salah satu ritual yang paling populer adalah puja ekadasi, yaitu puja yang dilakukan pada hari ke-11 dari setiap bulan purnama dan bulan baru dalam kalender Hindu. Pada hari itu, umat Hindu berpuasa dan berdoa kepada Wisnu untuk memohon pengampunan dosa-dosa dan keselamatan jiwa. Selain itu, umat Hindu juga sering mengucapkan nama-nama Wisnu yang berjumlah 1000 dalam kitab Wisnu Sahasranama sebagai bentuk penghormatan dan pujian.

Kesimpulan
Dewa Wisnu adalah dewa pemelihara dan pelindung alam semesta dalam agama Hindu. Ia memiliki banyak penjelmaan sebagai Awatara untuk menyelamatkan dunia dari kejahatan. Ia juga memiliki banyak atribut dan simbol yang melambangkan kekuasaan dan kemurahan hatinya. Ia sangat dihormati dan dipuja oleh umat Hindu dengan berbagai cara. Ia adalah salah satu dewa utama yang memiliki pengaruh besar dalam seni dan budaya Hindu.

Sejarah Mahabarata

Mahabarata adalah sebuah wiracarita yang berasal dari India dan ditulis dalam bahasa Sanskerta. Kitab Mahabarata terdiri dari lebih dari 100.000 sloka dengan sekitar 1,8 juta kata dan diakui sebagai salah satu wiracarita terpanjang di dunia.

Mahabarata mengisahkan tentang perang antara Pandawa dan Korawa yang berlangsung selama 18 hari di Padang Kurukshetra

yang dikenal sebagai Perang Bharatayuddha.Kitab Mahabarata terjemahan naskah Sanskerta ditutup dengan akhir yang bahagia bagi pihak Pandawa dan Korawa.

Mahabarata ditulis oleh Begawan Byasa atau Vyasa dari India¹. Mahabarata terdiri dari delapan belas kitab yang dinamakan Astadasaparwa¹.

Mahabarata adalah kisah epik yang terdiri dari lebih dari 100.000 sloka. Mahabarata berarti cerita keluarga besar Bharata. Mahabarata terdiri dari delapan belas bagian yang disebut astadasaparwa.

Setiap parwa merupakan buku tersendiri, namun saling berhubungan dan melengkapi dengan parwa yang lain. Mahabarata berisi tentang persilisihan dua keluarga, yaitu pandawa dan kurawa. Pandawa beranggotakan lima yaitu, arjuna, bima, yudistira, nakula dan sadewa. Mereka berselisih dikarenakan ingin memiliki hak atas tanah negara Astina¹.

Perang Bharatayuddha adalah perang saudara antara Pandawa dan Kurawa yang terjadi di Kurukshetra. Perang ini terjadi karena disebabkan oleh tiga hal yakni, perebutan kekuasaan, rasa iri hati, dan hasutan Sengkuni. Perang Bharatayuddha merupakan klimaks dari kisah Mahabarata. Perang ini berlangsung selama delapan belas hari dan delapan belas malam. Dalam perang ini, Pandawa berhasil memenangkan pertempuran dan merebut kembali kerajaannya.

Dalam perang Bharatayuddha, Pandawa berhasil memenangkan pertempuran dan merebut kembali kerajaannya.

Mahabarata terdiri dari delapan belas kitab dan menceritakan kisah perang antara Pandawa dan Korawa memperebutkan takhta Hastinapura. Namun, Mahabarata juga banyak memuat filsafat dan peribadatan Hindu, dan membahas Empat Tujuan Kehidupan (Purushartha) yaitu Dharma (kebenaran), Artha (kekayaan), Kama (kepuasan), dan Moksha (pembebasan).

Mahabarata memuat banyak nilai-nilai yang dapat diambil dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa nilai-nilai tersebut antara lain adalah nilai ajaran dharma, nilai kesetiaan, nilai pendidikan dan nilai yajna (korban suci).

Selain itu, Mahabarata juga mengajarkan tentang pentingnya menjaga hubungan keluarga dan persahabatan.

Mahabarata adalah salah satu dari dua wiracarita besar India Kuno yang ditulis dalam bahasa Sanskerta, yang satunya lagi adalah Ramayana. Mahabharata menceritakan kisah perang antara Pandawa dan Korawa (Kurawa) memperebutkan takhta Hastinapura. Mahabharata banyak memuat filsafat dan peribadatan Hindu, dan membahas Empat Tujuan Kehidupan.

Dalam agama Hindu, terdapat empat tujuan hidup yang disebut Catur Purusa Artha, Keempat tujuan tersebut adalah

– Dharma; etika dan kewajiban
– Artha; mata pencaharian untuk penghidupan
– Kama; tindakan dan kesenangan
– Moksha; pembebasan dari ikatan samsara

Mahabharata memiliki banyak kisah menarik di dalamnya. Berikut adalah beberapa di antaranya
– Arjuna dan Tes Mata Burung
Dalam kisah ini, Korawa dan Pandawa diberi ujian panahan oleh Guru mereka, Dronacharya. Mereka diminta membidik mata seekor burung mainan di dahan pohon.
– Abimanyu dan Chakravyuh
Abimanyu, ketika berada di dalam rahim ibunya, telah belajar bagaimana cara memecahkan Chakravyuh, formasi pertempuran yang rumit.
– Eklavya dan Dronacharya
Eklavya adalah seorang pemanah ulung yang belajar sendiri memanah dengan patokan patung Dronacharya. Ketika Dronacharya mengetahui hal ini, ia meminta Eklavya untuk memotong jari telunjuknya sebagai syarat agar tidak bisa memanah lagi.
– Kisah Raja Shibi
Raja Shibi adalah seorang raja yang sangat dermawan dan adil. Ia bahkan rela memberikan daging tubuhnya untuk disajikan sebagai santapan burung rajawali yang kelaparan.

Dalam agama Hindu, Dharma adalah salah satu dari empat komponen Puruṣārtha, tujuan hidup, dan menandakan perilaku yang dianggap sesuai dengan tatanan yang memungkinkan kehidupan dan alam semesta. Dharma mencakup berbagai aspek seperti tugas, hak, hukum, perilaku, kebajikan dan “cara hidup yang benar”.

Dalam agama Hindu, Dharma umumnya mencakup berbagai aspek seperti Sanātana Dharma (prinsip Dharma yang abadi dan tidak berubah), Varṇ āśramā Dharma (tugas seseorang pada tahap kehidupan tertentu atau tugas yang melekat), Sav Dharma (tugas individu atau pribadi seseorang), dan Āpad Dharma (Dharma dalam situasi darurat).