Sejarah Hajar Asward

Hajar Asward adalah sebuah batu hitam yang terletak di sudut timur Ka’bah di Masjidil Haram, Mekkah. Batu ini merupakan salah satu benda suci dalam Islam dan menjadi tujuan utama para jamaah haji dan umrah untuk menyentuhnya atau menciumnya. Namun, apa sebenarnya sejarah dan asal-usul batu ini?
Asal-Usul Hajar Asward Menurut Al-Quran dan Hadis
Menurut Al-Quran, Hajar Asward adalah salah satu dari tanda-tanda kekuasaan Allah yang diberikan kepada Nabi Ibrahim AS ketika beliau membangun Ka’bah bersama putranya, Nabi Ismail AS. Allah berfirman.

“Dan (ingatlah), ketika Kami jadikan rumah (Ka’bah) itu tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. Dan Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i’tikaf, yang ruku’ dan yang sujud”. (QS. Al-Baqarah: 125.

Dalam sebuah hadis riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW bersabda

“Sesungguhnya Hajar Asward itu diturunkan dari surga, warnanya lebih putih daripada susu, kemudian ia menjadi hitam karena dosa-dosa manusia”. (HR. Bukhari no. 1524 dan Muslim no. 1270)

Sejarah Hajar Asward Sebelum Isam

Sebelum Islam datang, Hajar Asward sudah ada di Ka’bah dan menjadi benda yang disucikan oleh bangsa Arab jahiliyah. Mereka percaya bahwa batu ini memiliki kekuatan magis dan dapat memberikan berkah kepada mereka. Mereka juga melakukan ritual-ritual penyembahan kepada batu ini dan berbagai berhala lainnya yang diletakkan di sekitar Ka’bah.

Namun, pada tahun 605 M, terjadi kebakaran besar di Ka’bah yang mengakibatkan rusaknya bangunan dan batu-batu penjuru termasuk Hajar Asward. Saat itu, bangsa Arab sedang bersiap-siap untuk membangun kembali Ka’bah dengan bantuan dari beberapa suku. Ketika proses pembangunan hampir selesai, muncul pertengkaran antara suku-suku tersebut tentang siapa yang berhak meletakkan Hajar Asward di tempatnya.

<p>Pertengkaran ini hampir menimbulkan peperangan jika tidak ada saran dari Abu Umayyah bin Mughirah, salah seorang tetua Quraisy, untuk menyerahkan urusan tersebut kepada orang pertama yang datang ke Ka’bah. Ternyata, orang pertama yang datang adalah Muhammad SAW yang saat itu masih berusia 35 tahun dan belum menjadi rasul. Muhammad SAW kemudian menyelesaikan masalah tersebut dengan cara meletakkan Hajar Asward di atas kain dan meminta setiap suku untuk mengangkat salah satu sudut kain tersebut bersama-sama hingga batu itu sampai di tempatnya.

Sejarah Hajar Asward Setelah Islam

Setelah Islam datang, Hajar Asward tetap menjadi benda yang disucikan oleh umat Islam dan menjadi bagian dari ibadah haji dan umrah. Rasulullah SAW sendiri pernah menyentuh dan mencium batu ini ketika melakukan thawaf di sekitar Ka’bah.

habahat untuk melakukan hal yang sama jika mampu. Beliau bersabda

Hajar Asward dan Rukun Yamani adalah dua permata dari permata-permata surga. Keduanya tidak berwarna hitam kecuali karena dosa-dosa manusia. (HR. Tirmidzi no. 877 dan Ibnu Majah no. 2944)

Hajar Asward juga memiliki keistimewaan lain yaitu dapat berbicara dan bersaksi di hari kiamat. Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya Hajar Asward itu akan datang pada hari kiamat dengan memiliki dua buah mata yang dapat melihat dan sebuah lidah yang dapat berbicara, ia akan bersaksi bagi siapa saja yang menyentuhnya dengan ikhlas”. (HR. Tirmidzi no. 961 dan Ahmad no. 2792)

Namun, Hajar Asward juga pernah mengalami beberapa peristiwa yang menyedihkan sepanjang sejarah Islam. Salah satunya adalah ketika Ka’bah diserang oleh pasukan Abbasiyah yang dipimpin oleh Al-Hajjaj bin Yusuf pada tahun 64 H. Saat itu, Hajar Asward terkena tembakan dari katapel dan pecah menjadi tiga bagian. Kemudian, batu ini disatukan kembali dengan perak oleh Abdullah bin Zubair RA, salah seorang sahabat Nabi SAW.

Peristiwa lain yang menimpa Hajar Asward adalah ketika Ka’bah dirampok oleh pasukan Qarmathian pada tahun 317 H. Mereka membawa pergi Hajar Asward dan menyimpannya di Bahrain selama 22 tahun. Mereka juga meminta tebusan yang sangat besar untuk mengembalikan batu ini. Akhirnya, pada tahun 339 H, Hajar Asward dikembalikan ke Ka’bah dengan cara yang tidak diketahui secara pasti.

Kesimpulan
Hajar Asward adalah sebuah batu hitam yang memiliki sejarah dan keistimewaan yang luar biasa dalam Islam. Batu ini merupakan salah satu dari tanda-tanda kekuasaan Allah yang diberikan kepada Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS ketika membangun Ka’bah. Batu ini juga merupakan benda yang disucikan oleh umat Islam dan menjadi tujuan utama para jamaah haji dan umrah untuk menyentuhnya atau menciumnya.

Namun, batu ini juga pernah mengalami beberapa peristiwa yang menyedihkan sepanjang sejarah Islam, seperti pecah akibat serangan Abbasiyah, dicuri oleh Qarmathian, dan disimpan di Bahrain selama 22 tahun. Meskipun demikian, batu ini tetap menjadi saksi bagi siapa saja yang menyentuhnya dengan ikhlas dan akan berbicara dan bersaksi di hari kiamat.